Sabtu, 22 Desember 2012

MAKALAH KEPENTINGAN SERANGGA DI DALAM PERTANIAN





MAKALAH
KEPENTINGAN SERANGGA DI DALAM PERTANIAN






            Irwan Setia R(A24110050) 






               

DEPARTEMEN HIPROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012












Kata Pengantar

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana yang berjudul “KEPENTINGAN SERANGGA DI DALAM PERTANIAN”
            Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.




Bogor, 20 September 2012




Penyusun










BAB I


Pendahuluan
            Serangga merupakan hewan yang beraneka ragam. Serangga kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan jumlah spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000 spesies golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia. Serangga di bidang pertanian banyak dikenal sebagai hama (Kalshoven 1981). Serangga lebih banyak menyerang tumbuhan meskipun ada juga serangga yang tidak menyerang tanaman maka dari itu serangga termasuk katagori hama di bidang pertanian. Beberapa serangga juga memiliki manfaat meskipun banyak serangga yang merugikan manusia seperti walang sangit, wereng, ulat, dan lainnya. Tetapi kenanyakan serangga juga sangat berguna dalam bidang pertanian.
Serangga dibagi pada beberapa ordo seperti orthoptera, isoptera, thysanoptera, hemiptera, homoptera, lepidoptera, celeoptera, diptera, dan hymenoptera. Serangga juga memiliki beberapa ciri yang khas yaitu diantaranya tubuhnya  dibagi menjadi 3 bagian, serangga juga termasuk kelas insekta, tubuhnya beruas-ruas. Serangga memiliki 2 tipe metamorphosis yaitu paurometabola dan holometabola. Serangga memiliki antenna yang fungsinya cukup beragam, yaitu sebagai peraba, pembau dan perasa. Bentuk antena serangga bermacam-macam, dan dapat digunakan sebagai “pedoman” untuk mengidentifikasi famili serangga.
Banyak serangga yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya yaitu sebagai organisme pembusuk dan pengurai termasuk limbah, sebagai objek estetika dan wisata, bermanfaan pada proses penyerbukan maupun sebagai musuh alami hama tanaman, pakan hewan (burung) yang bernilai ekonomi tinggi,  dan penghasil madu.
Tujuan penulis
            Makalah ini bertujuan untuk menginformasikan dan memberitahukan bahwa beberapa serangga itu begitu penting peranannya di dalam pertanian.


BAB II
            Serangga pada umumnya mempunyai peranan yang sangat penting bagi ekosistem, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tanpa kehadiran suatu serangga, maka kehidupan suatu ekosistem akan terganggu dan tidak akan mencapai suatu keseimbangan. Di bidang pertanian serangga juga banyak sekali manfaatnya meskipun ada beberapa serangga yang juga merugikan bagi tanaman di ladang. Peranan serangga dalam ekosistem diantaranya adalah sebagai polinator, dekomposer, predator (pengendali hayati), parasitoid (pengendali hayati), hingga sebagai bioindikator bagi suatu ekosisitem sehingga dengan adalanya kegunaan serangga itu pun maka sangat berpengaruh bagi pertanian.
            Serangga sebagai pollinator yang artinya penyerbukan contohnya adalah pada lebah dan kupu-kupu. Lebah bukan satu-satunya serangga yang bertugas memperlancar penyerbukan bunga. Namun ia merupakan serangga satu-satunya, yang dalam menjalankan tugasnya, tidak menimbulkan akibat samping yang merugikan tanaman. Berbeda dengan kupu-kupu misalnya, tak ada yang menyangkal bahwa kupu-kupu yang mengisap madu itu mampu membantu menempelkan serbuk sari pada kepala putik sebuah bunga, dan itu akan mempermudah proses pembentukan buah. Tapi kupu-kupu menuntut balas jasa yang kadang kelewat mahal. Ratusan butir telurnya yang menempel pada daun, akan menetas menjadi ulat yang rakus mengunyah daun tanaman. Tanaman bukannya untung tapi malah buntung dalam arti sebenarnya. Lebah merupakan serangga penyerbuk (polinator) tanaman yang paling penting di alam dibandingkan angin, air, dan serangga lainnya. Banyak peneliti mengungkapkan bahwa terdapat kenaikan produksi jika sejumlah koloni lebah diletakkan di sekitar lokasi tanaman. Lebah memiliki organ khusus untuk mengambil nektar, yang disebut probosis. Lebah memiliki probosis, bentuknya seperti belalai pada gajah. Probosis memiliki kemampuan mengisap cairan nektar pada bunga. Aktivitas terbang lebah mengumpulkan nektar dan polen berlangsung sejak pagi sampai sore hari. Pollen atau tepung sari bunga diperoleh dari bunga yang dihasilkan oleh bunga sebagai sel-sel kelamin jantan pada tumbuhan. Pollen diperlukan oleh lebah madu terutama sebagai sumber protein dan lemak, dan sedikit karbohidrat dan mineral. Aktivitas lebah tersebut dilakukan secara tidak sengaja pada saat pencarian nektar dan tepung sari sebagai pakan untuk koloninya.
            Serangga juga memiliki manfaat bagi pertanian yaitu sebagai dekomposer yang artinya pengurai. Mengapa dikatakan demikian karena seragga akan menjadi pengurai di tanah yang membuat tanah itu menjadi subur atau juga serangga tersebut memakan tanaman yang sudah tua untuk mengembalikan unsur hara didalam tanah. Serangga yang manfaatnya sebagai dekomposer contohnya adalah rayap. Dijelaskan, dalam biosfera pada dasarnya rayap merupakan bagian dari komponen lingkungan biotik yang memerankan peranan penting, seperti dapat membantu manusia menjaga keseimbangan alam dengan cara menghancurkan kayu untuk mengembalikannya  sebagian unsur hara dalam tanah. Rayap merupakan serangga yang dianggap penting sebagai dekomposer, dapat diinformasikan bahwa kehadiran rayap sejak awal mula adalah sebagai organisme pemakan kayu (bahan organik). Namun karena perubahan kondisi habitat akibat aktifitas manusia sehingga mengubah status rayap menjadi serangga hama yang merugikan. Rayap adalah hama penting pada tanaman karet, Rayap menyerang pada akar dan batang tanaman karet yang mengakibatkan pelukaan jaringan sehingga mengalami kerusakan. Pada tingkat serangan yang berat mengakibatkan tanaman karet mengalami kematian dan rebah. Rayap banyak mengganggu tanaman tetapi rayap berguna juga untuk keseimbangan tanah.
            Selanjutnya serangga memiliki manfaat juga yaitu sebagai predator yang artinya adalah pengendali hayati. Pemangsa (predator) menangkap dan memakan serangga hama (dan binatang lain). Laba-laba adalah contoh pemangsa yang dikenal secara umum. Beberapa jenis laba-laba membuat jaring. Laba-laba tersebut menunggu di jaringnya sampai
serangga yang terbang terperangkap. Laba-laba mendekati serangga itu dengan cepat, menggigit dan langsung memakan nya. Kadang-kadang menyimpannya untuk dimakan kemudian. Beberapa jenis laba-laba lainnya tidak membuat jaring, tetapi berpindah-pindah dalam kebun untuk memburu mangsa. Hal yang sama juga dilakukan oleh banyak jenis serangga pemangsa. Serangga tersebut berburu, membunuh dan memakan serangga lain. Contohnya adalah tawon kertas. Selain itu, ada juga yang disebut serangga pemangsa telur yang mencari dan memakan telur hama seperti telur penggulung pucuk. Contohnya adalah cecopet. Serangga lain yang merupakan pemangsa termasuk belalang sembah, kumbang kubah kumbang harimau, kumbang tanah, lalat buas, capung, dan beberapa macam kepik. Beberapa binatang seperti kodok/katak , burung tertentu, dan ular termasuk pemangsa. Jadi biasanya pada bidang pertanian para petani memanfaatkan serangga untuk memakan hama pada tanamannya. Salah satu organisme penghuni tanah yang berperan sangat besar dalam perbaikan kesuburan tanah adalah fauna tanah. Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan mampu berjalan dengan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan makrofauna tanah. Makrofauna tanah mempunyai peranan penting dalam dekomposisi bahan organik tanah dalam penyediaan unsur hara. Makrofauna akan meremah-remah substansi nabati yang mati, kemudian bahan tersebut akan dikeluarkan dalam bentuk kotoran. Secara umum, keberadaan aneka macam fauna tanah pada tanah yang tidak terganggu seperti padang rumput, karena siklus hara berlangsung secara kontinyu.
            Serangga tergolong hewan yang sangat sensitif/responsif terhadap perubahan atau tekanan pada suatu ekosisitem dimana ia hidup. Penggunaan serangga sebagai bioindikator kondisi lingkungan atau eksosisitem yang ditempatinya telah lama dilakukan. Jenis serangga ini mulai banyak diteliti karena bermanfaat untuk mengetahui kondisi kesehatan suatu ekosistem. Serangga akuatik selama ini paling banyak digunakan untuk mengetahui kondisi pencemaran air pada suatu daerah, diantaranya adalah beberapa spesies serangga dari ordo Ephemeroptera, Diptera, Trichoptera dan Plecoptera yang kelimpahan atau kehadirannya mengindikasikan bahwa lingkungan tersebut telah tercemar atau tidak, karena serangga ini tidak dapat hidup pada habitat yang sudah tercemar. Larva Odonta juga berpotensi sebagai bioindikator pencemaran air, karena larva ini sangat sensitif terhadap perubahan kualitas air. Bila kualitas air sungai sebagai habitatnya tercemar, maka larva odonata akan mati. Tidak adanya serangga Ephemeroptera menandakan lingkungan tersebut telah tercemar, karena serangga ini tidak dapat hidup pada habitat yang sudah tercemar. Serangga lainnya yang juga berpotensi sebagai bioindikator di antaranya Lepidoptera yaitu sebagai indikator terhadap perubahan habitat, kumbang Carabidae sebagai bioindikator manajemen lahan pertanian dan spesies semut untuk indikator kondisi agroekosistem pada suatu daerah. Penggunaan bioindikator akhir-akhir ini dirasakan semakin penting dengan tujuan utama untuk menggambarkan adanya keterkaitan dengan kondisi faktor biotik dan abiotik lingkungan. Pentingya penentuan dan pemanfaatan serangga sebagai indikator serta pengujian hipotesis dalam menominasikan suatu spesies atau kelompok serangga tertentu sebagai sutu bioindikator. bioindikator atau indikator ekologis adalah taksa atau kelompok organsime yang sensitif terhadap dan memperlihatkan gejala terpengaruh terhadap tekanan lingkungan akibat aktifitas manusia atau akibat kerusakan sistem biotik (oleh gangguan alam-pen).

             Serangga parasitoid adalah serangga yang berperan sebagai parasit serangga lain. Spalangia endius dan S. nigroaenea serta Pacchyrepoideus vindemiae merupakan parasitoid yang menyerang pupa lalat rumah dan lalat kandang untuk kehidupan larva dan pupanya, sedangkan dewasanya hidup bebas. Pada kehidupan parasitoid secara umum makanannya berupa nektar dan haemolim inang.  Sebagian besar parasitoid adalah anggota dari ordo hymenoptera meskipun parasitoid juga banyak dari ordo diptera, dan sebagian kecil juga ditemukan pada ordo Stresiptera. Ordo hymenoptera memilki keanekaragaman yang sangat tinggi, dengan 20.000 – 25.000 spesies, sekitar 80%  spesies parasitoid termasuk dalam ordo hymenoptera yang umumnya berlimpah pada ekosistem daratan. Ada tiga bentuk partenogenesis yang dijumpai pada parasitoid, yaitu thelyotoky (semua keturunannya betina diploid tanpa induk jantan), deuterotoky (keturunannya sebagian besar betina diploid yang tidak mempunyai induk jantan dan jarang ditemukan jantan haploid), dan arrhenotoky (keturunan jantan haploid tidak mempunyai induk jantan, dan keturunan betinanya berasal dari induk betina dan jantan (diploid). Parasitoid dianggap lebih baik daripada pemangsa sebagai agen pengendali hayati. Analisis terhadap introduksi musuh alami ke Amerika serikat menunjukkan bahwa keberhasilan penggunaan parasitoid dalam pengendalian hayati mencapai dua kali lebih besar daripada pemangsa.





Daftar Pustaka
·      http://ahlul-leogirl.blogspot.com/2010/05/serangga-tanah-sebagai-bioindikator.html
·      Kalshoven, L.G.E. 1981. The pest of crop Indonesia. Revised and translated by P.A van der Laan. PT Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta. 701 pp
·      www.anneahira.com/laba-laba-serangga-predator.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar